Minggu, 23 Oktober 2016

AyoSegera Telp 0819 8468 4393

Aulia Advertising

Aulia Advertising

Ahlinya Membuat Umbul Umbul Manual Sablon...Pengiriman Seluruh NusantaraTelp 085966614393





Dwitama Spanduk Advertising Ahlinya Cetak Spanduk
Marketing Executive
Nur cahyono
Phone : 0856 7386 103,
WA : 0813 8468 1151

ULAMA "DALAM JEBAKAN

Aulia Advertising

Oleh: Prof. Dr. Fahmi Amhar
Kini ulama adalah makhluk langka. Jarang anak kecil yang bercita-cita mau menjadi ulama. Orangtua pun kalau mengirim anaknya ke pesantren hanya agar anaknya menjadi salih, bukan menjadi ulama.
Di sisi lain, kalau kita memperkenalkan tokoh Indonesia ke orang Timur Tengah bahwa dia seorang ulama, orang Timur Tengah akan balik bertanya: Ulama di bidang apa? Apakah dalam ulumul Quran? Hadis? Fikih? Tarikh? Kalau kita tidak menjelaskan, mereka akan ragu, “Ulama apa itu? Ahli al-Quran bukan; ahli hadis bukan; ahli fikih bukan; ahli tarikh bukan. Jadi, ahli apa?”
Walhasil, kita tahu bahwa ulama saat ini sangat langka. Dari yang langka ini, lebih banyak ulama yang lemah daripada yang kuat. Yang lemah ini tidak menjadi inspirasi bagi umat, tidak memimpin umat keluar dari keterpurukannya, bahkan mereka tidak jarang justru menjadi bagian dari sistem yang menindas umat.
Apa sesungguhnya faktor-faktor yang membuat ulama yang langka ini semakin lemah?
Secara umum ada tiga jebakan” bagi ulama. 

Pertama : jebakan pemikiran yang terjadi pada dirinya sendiri.

Kedua : jebakan kultural yang “disiapkan” masyarakat.

Ketiga : jebakan sistem yang direkayasa oleh para penguasa.

Agar dapat keluar dari jebakan ini, para ulama wajib memiliki kesadaran ideologis, di mana posisinya saat ini, agar dia tidak terjebak di salah satu atau ketiganya.
1. Jebakan Pemikiran
 Jebakan pemikiran adalah jebakan yang paling lembut sehingga yang terjebak tidak merasa dirinya terjebak.
Jebakan pemikiran ini ada tiga macam.
Pertama:_ sekularisasi. Sekularisasi adalah pemisahan agama dari kehidupan publik, yakni kehidupan tempat interaksi tak terbatas seluruh warga, baik Muslim maupun bukan, dalam segala aspek kehidupan: politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan dll.

Pahit untuk mengakui, bahwa sebagian besar ulama kita sudah tersekularisasi di segala sisi. Mereka canggung berbicara masalah publik dari sisi Islam. Mereka membatasi diri untuk berbicara hanya saat ada persoalan moral seperti pornografi, miras, perjudian, pelacuran.
Kalaupun mereka berbicara tentang terorisme, itu karena terorisme dikaitkan dengan ustad dan pesantren. Mereka juga hanya peka terhadap gerakan sesat (Ahmadiyah, shalat dwibahasa, dsb).
Sebaliknya, mereka canggung untuk duduk bersama membahas pengaturan sumberdaya alam menurut Islam atau mengatasi krisis pangan menurut Islam; seakan-akan dalam masalah-masalah ini, Islam tidak mempunyai solusi.
Kalau berbicara tentang pendidikan Islam, yang terlintas hanya mata pelajaran agama di sekolah, atau pendidikan oleh yayasan Islam (termasuk pesantren). Jarang yang berpikir bahwa pendidikan Islam itu menyangkut segala segi, dari muatan kurikulumnya yang harus mengacu pada akidah Islam di segala pelajaran (termasuk bahasa, matematika, IPA, IPS) hingga bagaimana pendidikan itu bisa dibiayai sehingga semua warga bisa mendapatkan akses pendidikan bermutu yang terjangkau.
Kedua : dakwah ishlâhiyah dan khayriyah. Sejak sekularisasi menjadi arus utama, Islam dipelajari hanya sebatas ajaran perbaikan individu atau keluarga. Dakwah akhirnya hanya terfokus pada perubahan individual yang bersifat kebajikan (khayriyah). Topik yang dominan adalah fikih praktis (ibadah, tatacara makan/berpakaian, nikah, muamalah sehari-hari dan akhlak). Dakwah sudah dianggap sukses jika berhasil menjadikan seseorang rajin shalat atau perempuan mau berbusana Muslimah. Terkait dengan aktivitas masyarakat, dakwah ditekankan pada kepedulian sosial seperti sedekah, menyantuni anak yatim hingga mendirikan sekolah dan rumah sakit. Bagaimana memberikan solusi tuntas dan mendasar terhadap segala masalah umat (ekonomi, pendidikan, sosial, hukum, perundang-undangan, dll), hal itu jarang dijadikan target.

Ketiga: pemikiran “asketis”. Derap kehidupan hedonis, apalagi yang dibawa Kapitalisme, membuat sebagian ulama bereaksi dengan hidup bak pertapa sufi (asketis). Dakwah mereka fokus pada aspek ruhiah (spiritual) dan mengajak masyarakat menjauhi dunia. Walhasil, pada saat mendengar nasihat mereka, orang bisa mengucurkan air mata. Namun, begitu keluar majelis, aktivitas dunianya tidak mengacu syariah, karena syariah itu sendiri tidak pernah dibahas.

Orang diasumsikan otomatis jadi baik ketika pikirannya mengingat Allah. Padahal faktanya, *amal seseorang bergantung pada pemahaman syar‘i yang dimilikinya*. Ada pemilik bank yang tiap hari bergelimang riba, namun dia tidak merasa berdosa, karena sudah rajin tahajud dan puasa sunnah.

2. Jebakan Kultural.
Jebakan kultural atau budaya terjadi di—dan dilakukan oleh—masyarakat. Masyarakat menggunakan pengalamannya dalam berinteraksi dengan agama lain saat memahami Islam. Jebakan kultural ini dapat memaksa seorang ulama yang semula kuat karena ikhlas menjadi lemah karena bias. Ada tiga jebakan kultural:

Pertama: mitos ulama. Pada semua ajaran lain, keyakinan berasal dari mitos atau aksioma yang tidak rasional. Ketika beralih ke Islam, penganut mitos pun memandang akidah Islam sebagai mitos. Rasul saw. berubah dari sosok manusia teladan menjadi sosok keramat yang supranatural. Bahkan ulama tiba-tiba dianggap “orang suci” yang mustahil salah, seperti penganut Katolik memandang Paus. Belakangan muncul orang-orang yang memanfaatkan hal ini demi keuntungan pribadi. Mereka melegitimasi diri di depan orang-orang awam dengan ayat al-Quran atau hadis yang diselewengkan. Lalu muncullah bid‘ah di mana-mana.
Di sisi lain, ulama dimitoskan dengan segala idealitas dalam pandangan awam, bukan pandangan syariah. Saat ulama itu melakukan hal yang dibenci awam (misalnya poligami), gelar “orang suci” tiba-tiba lenyap. Mereka tidak bisa menerima kenyataan, bahwa “ulama juga manusia”.
Kedua_: mitos bahasa. Sebagai bahasa al-Quran, bahasa Arab adalah bahasa ilmu pengetahuan Islam. Namun, di masyarakat non-Arab, kini bahasa ini sudah menjadi “hak istimewa” selapis kecil ulama. Sekadar tulisan Arab saja kadang dianggap keramat dan mampu mengusir setan. Orang yang pintar membaca al-Quran langsung dipanggil ustadz. Yang fasih berbahasa Arab (baca kitab kuning) dijuluki ulama, tanpa melihat lagi pemahaman Islamnya.
Ketiga: mitos ijtihad. Pada zaman sekarang, ijtihad dimitoskan sama dengan berpendapat. Setiap orang akhirnya boleh berijtihad, sekalipun tanpa bekal memadai. Tidak aneh, muncullah fatwa-fatwa nyleneh. Namun, ini ditoleransi dengan dalil, bahwa ijtihad itu, kalau benar mendapat dua pahala, dan kalau salah mendapat satu pahala. *Padahal yang terjadi kadang-kadang hanyalah adopsi terhadap paham sekular yang dilabeli Islam, yang jauh sekali dari kategori ijtihad.

3. Jebakan Sistem.

Para penguasa korup pada zaman manapun melihat para ulama sebagai orang-orang yang berpotensi menghalangi mereka. Karena itu, penguasa fâsid ini akan berupaya melemahkan para ulama, baik secara “legal” maupun “ilegal”. Yang legal ada tiga macam:

Pertama : depolitisasi. Ulama dimarjinalkan dari kancah politik dengan sekularisme. Ulama yang menolak sekularisme akan mundur dari arena; yang ada dalam sistem, mau tak mau, akan sama sekularnya. Contoh, pada masa lalu, ada UU yang mewajibkan asas tunggal bagi ormas dan parpol. Akibatnya, para ulama praktis kehilangan ‘rumah’, kecuali yang mau pindah ke ormas atau parpol pendukung penguasa. Meski berdalih akan “mengislamkan dari dalam”, yang terjadi justru sebaliknya.

Kedua : pragmatisme. Ulama dipojokkan untuk sekadar bertahan hidup dalam sistem. Sistem sekular menjamin pelaksanaan syariah di ranah pribadi. Pembangunan masjid dibantu. Dakwah khayriyah dipromosikan. Zakat dan haji dilayani pemerintah. Ulama yang terpojok akhirnya mengambil sikap, “Inilah yang masih bisa kita kerjakan.” Mereka akhirnya diam terhadap urusan publik yang masih diatur sistem kufur. Padahal kezaliman pada urusan ini (misalnya mahalnya BBM) melanda semua orang; Muslim atau bukan; apakah mereka tahu masalahnya atau tidak. Dakwah pun kemudian tak lagi untuk meluruskan penguasa yang bengkok, yang oleh Nabi saw. disebut sebagai afdhal al-jihâd (jihad paling utama), namun ”yang penting aman”.

Ketiga : Godaan 3-TA. Yang paling vulgar adalah pelemahan ulama dengan harta, tahta dan wanita. Ulama yang kesulitan finansial dibantu, pondoknya dibangun, santrinya diberi beasiswa, dan dakwahnya makin bernilai bisnis. Ada juga ulama yang dilamar jabatan, dari legislatif lokal hingga calon wapres. Yang terheboh tentu saja yang ditawari wanita. Namun, semua ada kompensasinya. Yang jelas kepekaan, sikap dan pengaruh politik yang bersangkutan bisa tergadai, atau setidaknya dia akan sibuk dengan 3-TA itu. Akibatnya, kinerja keulamaannya turun, atau bahkan dilupakan. Telah banyak pesantren yang hancur karena ditinggal pemimpinnya yang menjadi “selebritis” atau politisi di Senayan.

Adapun jebakan yang ilegal amat bergantung pada sikap penguasa. Kalau dia santun, ini tidak dilakukan. Dia mencukupkan diri dengan yang legal. Namun, penguasa zalim akan menempuh segala cara.

Pertama : pecah-belah. Adu domba ini tidak jarang dengan penyusupan intelijen. Fitnah dimunculkan: yang satu mencurigai yang lain; menuduh pihak lain sesat, ahli bid‘ah, dll. Akibatnya, ukhuwah islamiyah terputus.
Kedua : stigma negatif. Penguasa memberikan citra negatif seperti radikal, ekstremis dan teroris kepada ulama sehingga yang bersangkutan dijauhi masyarakat. Stigma ini umumnya ditujukan kepada ulama-ulama yang sederhana. Kadang-kadang jamaahnya dipancing untuk melakukan kekerasan, kemudian dimanfaatkan untuk mempertegas stigma yang diberikan.

Ketiga : siksaan dan penjara. Ini adalah cara terakhir untuk membungkam ulama. Namun, tren di negeri-negeri Muslim sekarang, ulama yang pernah disiksa atau dipenjara justru makin karismatik. Ini tidak disukai penguasa. Karena itu, direkayasalah seakan-akan sang ulama melakukan kriminalitas seperti menyimpan narkoba, melakukan kejahatan seksual atau pemalsuan dokumen; sebagaimana yang pernah divoniskan kepada Ustad Abu Bakar Baasyir. 

Khatimah
Menyatakan seseorang atau sekelompok ulama telah terkena jebakan-jebakan di atas bisa menyulut emosi orang-orang yang merasa selama ini ikhlas berjuang dan berkonstribusi bagi umat. Mereka merasakan pahit-getirnya perjalanan dakwah. Sebagian bahkan telah menghabiskan usianya di penjara.
Semua itu tidak kita nafikan. Dengan menunjukkan jebakan-jebakan itu, kita tidak sedang menghakimi para ulama pada masa lalu, namun agar pada masa depan tidak ada dari kita yang kena sindiran Rasulullah saw.: "Seorang Miuslim tidak akan terperosok ke dalam lubang yang sama dua kali".
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.

HARI SANTRI NASIONAL

 HARI SANTRI NASIONAL
Digging up the Past
Oleh: M. Ismail Yusanto
Digging up the past adalah slogan yang sangat terkenal di kalangan para arkeolog. Ini mewakili semangat mereka untuk mengungkap masa lalu melalui usaha penemuan dan penggalian situs-situs bersejarah. Hasilnya adalah sebuah rekonstruksi kehidupan atau peradaban di masa lalu yang diharap bisa memberi pelajaran kepada kehidupan sekarang dan di masa mendatang.
Tapi slogan itu kiranya tepat juga dipakai oleh kita saat ini yang konsern pada pentingnya pelurusan sejarah. Terlebih setelah Presiden Jokowi - memenuhi janji kampanye saat pilpres tahun lalu - menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.  Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri tidak lepas dari kiprah santri dan para kiai dalam melawan penjajah yang ketika itu terus berusaha mengancam kemerdekaan Indonesia yang baru saja diproklamasikan. 
Pada 21 Oktober 1945, berkumpul para kiai se-Jawa dan Madura di kantor ANO (Ansor Nahdlatul Oelama). Setelah rapat darurat sehari semalam,  pada 22 Oktober dideklarasikanlah seruan jihad fi sabilillah yang belakangan dikenal dengan istilah Resolusi Jihad. Intinya, membela kemerdekaan Indonesia sebagai negeri muslim dari kaum penjajah adalah kewajiban syar’iy. Inilah jihad, yang diperintahkan Allah SWT, dan pelakunya sangat dimuliakan.

Kita tentu berharap, penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional bukan sekadar pemenuhan janji bagi kepentingan politik pencitraan, tapi ada misi yang lebih jauh, yakni usaha untuk mengungkap kebenaran sejarah. Misi ini sangat penting karena pelurusan sejarah akan berpengaruh besar dalam ikhtiar membangun kesadaran publik yang benar di masa mendatang.
Kita tahu, sejarah memang tidaklah netral. Sejarah adalah realitas tangan ke dua (second-hand reality) yang sangat tergantung pada siapa yang menuliskan, dan atas dasar kepentingan apa sejarah itu ditulis. Di sinilah, demi memuluskan kepentingan politik penguasa, kejahatan penulisan sejarah kerap terjadi.
Setidaknya ada 3 kejahatan penulisan sejarah yang dilakukan dengan tujuan untuk mengaburkan peran Islam dalam sejarah bangsa dan negara ini.
Pertama, penguburan atau peniadaan peristiwa sejarah. Salah satu contoh paling nyata, ya soal Resolusi Jihad itu. Bila sejarah pergerakan  kemerdekaan ditulis secara jujur, mestinya akan terbaca sangat jelas peran besar para santri yang tergabung dalam Hizbullah dan para kyai yang tergabung dalam Sabilillah dalam periode mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Lebih khusus peran KH Hasyim Asy’ari saat mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 untuk melawan penjajahan Belanda yang ketika itu, dengan membonceng sekutu, hendak kembali bercokol.
Menurut cucu KH Hasyim, KH Salahuddin Wahid, resolusi atau fatwa itu telah mendorong puluhan ribu muslim, utamanya di Surabaya, untuk bertempur melawan Belanda dengan gagah berani. Peristiwa heroik di Hotel Oranye, Surabaya, itulah yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan, 10 November. Tanpa resolusi itu, mungkin semangat  melawan Belanda dan sekutu tidak terlalu tinggi. Tapi, dalam buku sejarah, peristiwa penting itu tidak ditulis. Sungguh aneh, peristiwa 10 November selalu disebut-sebut, tapi Resolusi Jihad yang membuat peristiwa 10 November bisa terjadi malah disembunyikan.
Buku Resolusi Jihad Paling Syar’iy, yang ditulis oleh Gugun el Guyanie (Pustaka Pesantren, 2010) adalah salah satu buku yang dari sub judulnya “Biarkan kebenaran yang hampir setengah abad dikaburkan catatan sejarah itu terbongkar” menggambarkan semangat untuk mengungkap kebenaran sejarah, khususnya di seputar Resolusi Jihad, yang menurut sejarahwan Belanda Martin van Bruinessen, peristiwa penting ini memang tidak mendapat perhatian yang layak dari para sejarahwan.
Kedua, pengaburan peristiwa sejarah. Contohnya, siapa sebenarnya inspirator kebangkitan nasional melawan penjajah? Bila sejarah mencatat secara jujur, mestinya bukan Boedi Oetomo, melainkan Syarikat Islam (SI) yang merupakan pengembangan dari Syarikat Dagang Islam..

Renungan Dan Kajian Ilmu Kebohongan Nusron Wakid.



Assalamu'alaikum Wrwb....
Berikut maklumat yang berisi bantahan atas pendapat Nusron Purnomo (ngakunya Wahid) pada acara ILC, Senin 10 Oktober 2016, dari al-Faqier Assayyid Bahar bin Sumaith.
Hamba yang banyak dosa namun tidak rela al-Qur'annya dihina...
Bantahan pertama
Nusron mengatakan bahwa awliya' bukan lah pemimpin sehingga di jadikan sebagai dalil untuk menghalalkan pemimpin kafir
ﻣﻌﻨﻰ ﺃﻭﻟﻴﺎﺀ في كتب التفسير ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻓﺔ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭﺓ
Makna awliya' dalam kitab2 tafsir yg masyhur
جامعل البيان (الطبري)
1. Tafsir Jamiul Bayan Imam Ibnu Jarir at-Thobari
Jangan kalian jadikan mereka sebagai hilf (sekutu) atau walijah (orang dekat)
جامع الاحكام(القرطبي)
2. Tafsir Jami' li Ahkam Imam Qurtubi
Jangan kalian jadikan sebagai orang yang membantu, atau urusan2 kalian
ابن كثير
3. Tafsir Imam Ibnu Katsir
Jangan jadikan mereka sebagai orang kepercayaanmu, jangan mendukung mereka
جلالين( جلال الدين المحلي و جلال الدين السيوطي)
4, Tafsir Jalalain Imam Jalaluddin al Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuhuti
Jangan mencintai mereka
مدارك التنزيل ( النسفي)
5. Tafsir Madariku Tanzil Imam an-Nasafi
Jangan meminta bantuan mereka, jangan bergaul dengan mereka sebagaimana kalian bergaul dengan orang mu'min
انوار التنزيل( البيضاوي)
6. Tafsir Anwaru Tanzil Imam Baidhowi
Jangan mengandalkan mereka
معالم التنزيل ( البغوي)
7. Tafsir Ma'alimu Tanzil Imam Baghowi
Jangan jadikan mereka sebagai andalan kalian
Jikalau kita dilarang menjadikan mereka sebagai, sekutu, teman dekat, pelindung, andalan, orang kepercayaan dan kita dilarang mendukung mereka, meminta bantuan mereka, mencintai mereka, yang dimana golongan2 itu adalah golongan2 yang tidak memiliki hak untuk di taati, apalagi menjadikan mereka sebagai pemimpin yang dimana pemimpin memiliki hak untuk di taati....
Sama seperti dalam surat al-Baqarah ayat 35  "dan janganlah kamu dekati pohon ini "
Mendekati saja tidak boleh apalagi memakan...
Bantahan ke 2
Nusron mengatakan yang paling tau tentang makna al-Qur'an adalah Allah
Ketahuilah saudara2...
Di  dalam al-Qur'an terdapat ayat Muhkam dan ayat Mutasyabihat... Muhkam adalah ayat yang jelas makna nya  ﺍﻟﻤﺘﻀﺢ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ : ﻣﺤﻜﻤﺎﺕ
Mutasyabihat adalah ayat yang tidak jelas maknanya  ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﺑﻤﺘﻀﺢ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ : ﻣﺘﺸﺎﺑﻬﺎﺕ contoh nya اﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺍﺳﺘﻮﻯ

Ayat Muhkam di tafsirkan oleh orang2 yang dalam ilmunya الرسخون في العلم ya'ni para Mufassir
Adapun ayat Mutasyabihat, kebanyakan para ulama salaf memakai cara تفويض (penyerahan)
Ya'ni memindahkan, atau memalingkan lafadz dari makna dzohirnya, dan menyerahkan makna yang dimaksudkan kepada Allah Ta'ala...
Jadi ayat yang maksudnya dan maknanya diserahkan atau dikembalikan kepada Allah adalah ayat2 Mustsyabih bukan ayat Muhkam... adapun ayat 51 dari surat al-Maidah adalah ayat Muhkam dan bukan termasuk ayat Mustasyabih, sehingga menurut Nusron hanya Allah yg mengetahui maknanya...
Bantahan ke 3
Nusron membawa hadits Nabi
ﺧﻴﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻗﺮﻧﻲ ﺛﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻠﻮﻧﻬﻢ ﺛﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻠﻮﻧﻬﻢ
Sebaik baiknya masa adalah masaku, (saat hidupnya Nabi dan sahabat), kemudian org2 setelah mereka, (saat hidupnya tabi'in), kemudian org2 setelah mereka (saat hidupnya tabi'ina tabi'in).
Dan menceritakan bahwa di zaman Dinasti Abbasiyah, Sultan ke 16 yaitu Mu'tadid billah pernah mengangkat seorang kristen taat sebagai gubernur yaitu Umar bin Yusuf..
Di zaman Umar bin Khattab, beliau pernah memecat seorang nasrani yang diangkat oleh Abu Musa al-Asy'ari yang bertugas mencatat pengeluaran dan pemasukan keuangan pemerintahan....
Masa kehidupan mana yang lebih baik masanya?
Masa Sultan Mu'tadid billah pada Daulah Abbasiyah atau masa Khalifatu Rasyidin Umar bin Khattab....?
Masa siapa yang lebih dekat kepada Nabi Muhammad SAW...??
Dan perlu diketahui bahwa di zaman Daulah Abbasiyah banyak kaum Mu'tazilah yang mengatakan bahwa al-Qur'an adalah mahluk, dan banyak ulama yang disiksa dan dipenjara oleh pemerintahan Abbasiyah, salah satunya adalah Imam Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Nuh pada masa pemerintahan Sultan al Ma' mun...
Imam Ahmad bin Hanbal juga disiksa pada masa pemerintahan Sultan al-Muktasim billah, kemudian seorang ulama yang bernama Ahmad bin Nasir al Khuza'i dipancung pada masa pemerintahan Sultan al-Watsiq, putra dari Muktasim billah...
Bantahan ke 4
Ahok bukan hanya menghina umat Islam... Ahok memiliki kesalahan yang lebih besar dan fatal, yaitu menghina al-Qur'an yang secara tidak langsung dia telah menghina Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Dalam kitab Asyyifa' bi Ta'rifi Huquqil Mustofa           
ﺍﻟﺸﻔﺎﺀ بتعريف حقوق ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ للقاضي عياض
Dikatakan; Barangsiapa mengucapkan perkataan keji dan kata2 yang berisi penghinaan terhadap keagungan Allah dan kemuliaan-Nya, atau melecehkan sebagian dari perkara2 yang diagungkan oleh Allah (ﺍﺳﺘﻬﺰﺃ) Maka bagi seorang muslim dia telah kufur, dan bagi seorang kafir maka hak memaafkan ada pada Allah, dan Allah tidak akan memaafkannya kalau dia belum masuk Islam dan bertobat...
Jadi, ahok yang telah menghina al-Qur'an maka hak memaafkan bukan ada pada kita, tapi ada pada Allah... dan Allah tidak akan memaafkannya kalau dia belum masuk Islam dan bertobat... karena kalau hak memaafkan ada pada kita terus kita maafkan maka selesai masalahnya..
Yang terakhir, ada sebuah petikan hadits Nabi dari Abu Musa al Asy'ari yang cocok untuk Nusron, ada petikan hadits Nabi yg berbunyi:
ومثل المنافق الذي ﻳﻘﺮﺃ القران مثل الريحانة ريحها طيب و طعمها مر
Orang munafiq yang membaca al-Qur'an bagaikan buah raihanah, baunya harum namun rasanya pahit..
Bantahan Ini saya buat semata2 karena ketidak relaan saya ketika melihat si kafir menghina al-Qur'an dan dan lebih tidak rela lagi ketika melihat si munafiq membela si kafir yang telah menghina al-Qur'annya dan Tuhannya si munafiq...
Semoga Allah kibarkan bendera petunjuk di dalam hati Nusron...
Semoga Bermanfaat.
Wassalamu'alaikum WrWb.... 

CATATAN RINGKAS, apabila ditanya anak/cucu tentang Al-Quran: (tanya jawab)

Aulia Advertising

S : Berapa jumlah Surah dlm al-Quran?
J : 114 Surah
S : Berapa jumlah Juz dlm al-Quran?
J : 30 Juz
S : Berapa jumlah Hizb dlm al-Quran?
J : 60 Hizb
S : Berapa jumlah Ayat dlm al-Quran?
J : 6236 Ayat
S : Berapa jumlah Kata dlm al-Quran?, dan Berapa Jumlah Hurufnya?
J : 77437 Kata, atau 77439 Kata dan 320670 Huruf
S : Siapa Malaikat yang disebut dlm al-Quran?,
J : Jibril, Mikail, Malik, Malakulmaut, Harut, Marut, Al-Hafazoh, Al-Kiromulkatibun HamalatulArsy, dll.
S : Berapa Jumlah Sajdah (ayat Sujud) dlm al-Quran?
J : 14 Sajdah
S : Berapa Jumlah para Nabi yg disebut dlm Al-Quran?
J : 25 Nabi
S : Berapa Jumlah Surah Madaniyah dlm al-Quran?, sebutkan.
J : 28 Surah, al-Baqoroh, al-Imron, al-Nisa" al-Maidah, al-Anfal, al-Tawbah, al-Ra'd, al-Haj, al-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hujurat, al-Rahman, al-Hadid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-Shaf, al-Jum'ah, al-Munafiqun, al-Taghabun, al-Thalaq, al-Tahrim, al-Insan, al-Bayinah, al-Zalzalah, al-Nashr.
S : Berapa Jumlah Surah Makiyah dlm al-Quran? sebutkan.
J : 86 Surat, selain surah tersebut di atas.
S : Berapa Jumlah Surah yg dimulai dgn huruf dlm al-Quran?
J : 29 Surah.
S : Apakah yg dimaksud dgn Surah Makiyyah?, sebutkan 10 saja.
J : Surah Makiyyah adalah Surah yg diturunkan di Makkah sebelum Hijrah, seperti: al-An'am, al-Araf, al-Shaffat, al-Isra', al-Naml, al-Waqi'ah, al-Haqqah, al-Jin, al-Muzammil, al-Falaq.
S : Apakah yg dimaksud dgn Surah Madaniyyah? sebutkan lima saja?
J : Surah Madaniyah adalah Surah yg diturunkan di Madinah setelah Hijrah, seperti: al-Baqarah, al-Imran, al-Anfal, al-Tawbah, al-Haj.
DWITAMA SPANDUK ADVERTISING
S : Siapakah nama para Nabi yg disebut dlm Al-Quran?
J : Adam, Nuh, Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Musa, Isa, Ayub, Yunus, Harun, Dawud, Sulaiman, Yusuf, Zakaria, Yahya, Ilyas, Alyasa', Luth, Hud, Saleh, ZulKifli, Syuaib, Idris, Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam
S : Siapakah satu-satunya nama wanita yg disebut namanya dlm al-Quran?
J : Maryam binti Imran.
S : Siapakah satu-satunya nama Sahabat yg disebut namanya dlm al-Quran?
J : Zaid bin Haritsah. Rujuk dlm surah Al Ahzab ayat 37.
S : Apakah nama Surah yg tanpa Basmalah?
J : Surah at-Tawbah.
S : Apakah nama Surah yg memiliki dua Basmalah?
J : Surah al-Naml.
S : Apakah nama Surah yg bernilai seperempat alb-Quran?
J : Surah al-Kafirun.
S : Apakah nama Surah yg bernilai sepertiga al-Quran?
J : Surah al-Ikhlas
S : Apakah nama Surah yg menyelamatkan dari siksa Qubur?
J : Surah al-Mulk
S : Apakah nama Surah yg apabila dibaca pada hari Jum'at akan menerangi sepanjang pekan?
J : Surah al-Kahfi
S : Apakah ayat yg paling Agung dan dlm Surah apa?
J : Ayat Kursi, dlm Surah al-Baqarah ayat No.255
S : Apakah nama Surah yg paling Agung dan berapa jumlah ayatnya?
J : Surah al-Fatihah, tujuh ayat.
S : Apakah nama Surah yg ada dua sajdahnya?
J : Surah al-Haj ayat 18 dan ayat 77.
S : Pada Kata apakah pertengahan al-Quran itu di Surah apa? ayat no Berapa?
J : وليتلطف Surah al-Kahfi ayat No. 19.
S : Ayat apakah bila dibaca setiap habis Sholat Fardhu dpt mengantarkannya masuk ke dalam surga?
J : Ayat Kursi.
S : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 31 kali dlm satu Surah dan di Surah apa?
J : Ayat فبأي آلاء ربكما تكذبانِ ) pada Surah al-Rahman.
S : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 10 kali dlm satu Surah dan di surah apa? Apakah ayat ini ada juga disebut dlm surah lainnya? Di Surah apa?
J : Ayat (ويل يومئذ للمكذبين) pada Surah al-Mursalat, juga ada dlm Surah al-Muthaffifiin ayat No. 10.
S : Apakah Ayat terpanjang dlm al-Quran? pada Surah apa? Ayat berapa?
J : Ayat No 282 hSurah al-Baqarah...
Silakan "Share" agar ilmu ini bermanfaat.
#repost

Cuplikan Syair Imam Syafi'i

Aulia Advertising

عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللهِ إِنْ كُنْتَ غَافِلاً ✅ يَأْتِيْكَ بِالْأَرْزَاقِ مِنْ حَيْثُ لاَتَدْرِيْ
Bertakwalah kepada الله bila kamu lalai. Niscaya dia memberimu rezeki dari jalan yang tidak kamu ketahui.
فَكَيْفَ تَخَافُ الْفَقْرَ وَاللهُ رَازِقًا ✅ فَقَدْ رَزَقَ الطَّيْرَ وَالْحُوْتَ فِى الْبَحْرِ
Bagaimana bisa kamu takut fakir (miskin), padahal الله Maha Pemberi rezeki. Sungguh.. Dia telah memberi rezeki kepada burung dan ikan di lautan luas.
وَمَنْ ظَنَّ أَنَّ الرِّزْقَ يَأْتِيْ بِقُوَّةٍ ✅ مَا أَكَلَ الْعُصْفُوْرُ شَيْئًا مَعَ النَّسْرِ
Barang siapa menyangka bahwa kekuatan bisa mendatangkan rezeki, tentu burung pipit tidak akan makan apa apa (karena kalah tanding) dengan burung elang (dalam mencari rezeki).
تَزُوْلُ عَنِ الدُّنْيَا فَإِنَّكَ لاَ تَدْرِيْ ✅ إِذَا جَنَّ عَلَيْكَ اللَّيْلُ هَلْ تَعِيْشُ إِلَى الْفَجْرِ
Kamu pasti akan meninggalkan dunia. Dan sungguh kamu tidak mengetahui, apabila malam tiba apakah kamu akan tetap hidup sampai besok pagi?
فَكَمْ مِنْ صَحِيْحٍ مَاتَ مِنْ غَيْرِ عِلَّةٍ ✅ وَكَمْ مِنْ سَقِيْمٍ عَاشَ حِيْنًا مِنَ الدَّهْرِ
Berapa banyak orang sehat yang meninggal tanpa sakit. Dan berapa banyak orang sakit namun tetap hidup bertahun-tahun.
وَكَمْ مِنْ فَتًى أَمْسَى وَأَصْبَحَ ضَاحِكًا # وَأَكْفَانُهُ فِى الْغَيْبِ تُنْسَجُ وَهْوَ لاَ يَدْرِيْ
Berapa banyak anak muda yang hanyut dalam tawa ketika sore dan pagi. Padahal kain kafan untuknya sedang dijahit sementara dia tidak menyadarinya.
فَمَنْ عَاشَ أَلْفًا وَأَلْفَيْنِ ✅فَلاَ بُدَّ مِنْ يَوْمٍ يَسِيْرُ إِلَى الْقَبْرِ
Siapa saja yang hidup seribu atau dua ribu tahun. Suatu hari nanti ia pasti akan mendatangi kuburan

Sabtu, 15 Oktober 2016

Ini Pengakuan Mantan Pengikut Dimas Kanjeng

<iframe src='http://video.kompas.com/e/5158697458001_p02ea8137-762c-4dea-8cbc-3fc18f407e27_actv' allowfullscreen frameborder=0></iframe>

Seorang mantan pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Situbondo, Jawa Timur, menyatakan jumlah pengikut di Kota Santri itu mencapai sekitar 3.700 orang yang berasal dari berbagai kalangan.

"Ribuan pengikut Dimas Kanjeng di Situbondo yang saya tahu dari berbagai kalangan, mulai dari anggota TNI, anggota Polri, purnawirawan, pekerja swasta, PNS, dan mantan anggota DPRD Situbondo," kata Junaedi, mantan pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, di Situbondo, Kamis (6/10/2016).

Ia mengaku sudah bergabung dengan Dimas Kanjeng sejak tahun 2011 atau setelah satu tahun korban pembunuhan Ismail Hidayah bergabung menjadi pengikut padepokan yang ada di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, itu.

Junaedi menceritakan, selama menjadi pengikut Taat Pribadi yang kini telah menjadi tersangka otak pembunuhan dan penggelapan dengan modus penggandaan uang kepada pengikutnya itu, kerap juga mengikuti pengajian di Padepokan Dimas Kanjeng sehingga mengetahui warga Situbondo saja yang juga menjadi pengikut Dimas Kanjeng.
"Saya akui teperdaya dengan tipu-tipu yang dilakukan Taat Pribadi dan menjanjikan uang yang saya setor sebanyak Rp 205 juta sebagai mahar bisa digandakan, tetapi ternyata itu bohong," katanya.

Ia sudah mulai curiga tertipu sejak 2014. Oleh karena itu, pria yang juga menjadi Ketua LSM Gempur Situbondo itu berusaha mengundurkan diri menjadi pengikut Padepokan Dimas Kanjeng.

Uang mahar yang diberikan oleh ribuan orang pengikut Dimas Kanjeng di Situbondo, lanjut dia, jumlahnya bervariasi, mulai dari Rp 1 juta hingga ratusan juta rupiah.

"Kalau korban penipuan Dimas Kanjeng yang melapor ke Polres Probolinggo hanya ada empat orang, yang lainnya tidak melapor itu ada dua kemungkinan, bisa karena malu dan juga karena takut," ucapnya.

Usaha Tangsel Spesialis Sepanduk Kain Dwitama Advertising: Aksi Damai Tolak Pemimpin Kafir | Orasi Ustadz Bah...

Usaha Tangsel Spesialis Sepanduk Kain Dwitama Advertising: Aksi Damai Tolak Pemimpin Kafir | Orasi Ustadz Bah...

Usaha Tangsel Spesialis Sepanduk Kain Dwitama Advertising: Umbul Umbul Murah Tangsel, Benda Baru, Pamulang Te...

Usaha Tangsel Spesialis Sepanduk Kain Dwitama Advertising: Umbul Umbul Murah Tangsel, Benda Baru, Pamulang Te...: Dwitama Spanduk Advertising Ahlinya Cetak Spanduk Marketing Executive Nur cahyono Phone : 0856 7386 103, WA : 0813 8468 11...

Minggu, 09 Oktober 2016

Tarif Iklan Radar Banten, IKlan Baris, Iklan Loker, Iklan Pengumuman Amdal, Iklan Lelang Dll Hub 0813 8468 1151



·         Tarif Iklan Radar Banten Secara Umum:
    • Iklan Umum Display(BW) Rp. 31.500 /mmk
    • Sosial /keluarga  Rp 19.500,-/mmk
    • full colour Rp 45.000,- /mmk
    • BW Hal Satu Rp 58.000,- /mmk
    • FC Hal Satu Rp 84.000,- /mmk
    • Advertorial BW 19.500,-/mmk
    • Advertorial Fc 34.000,-/mmk
    • Iklan Cilik Baris 17.500 baris min 3 baris maks 7 baris.

    •  Biro Iklan Aulia Advertising Http://aulia_advertising.blogspot.com
      Jl. H. Rean Perum Pamulang Regency Blok B 1 No 15 Benda Baru Pamulang Tangerang Selatan, 15417 Telp 0856 7386103, 0813 8468 1151

AULIA ADVERTISING: Vidio Sablon Spanduk

AULIA ADVERTISING: Vidio Sablon Spanduk: Dwitama Spanduk Advertising, Mebuat Spanduk, Umbul - Umbul, Bendera Dan Dll Telp 0859 6661 4393