<iframe src='http://video.kompas.com/e/5158697458001_p02ea8137-762c-4dea-8cbc-3fc18f407e27_actv' allowfullscreen frameborder=0></iframe>
Seorang mantan pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di
Situbondo, Jawa Timur, menyatakan jumlah pengikut di Kota Santri itu
mencapai sekitar 3.700 orang yang berasal dari berbagai kalangan.
"Ribuan pengikut Dimas Kanjeng di Situbondo yang saya tahu dari berbagai kalangan, mulai dari anggota TNI, anggota Polri,
purnawirawan, pekerja swasta, PNS, dan mantan anggota DPRD Situbondo,"
kata Junaedi, mantan pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, di
Situbondo, Kamis (6/10/2016).
Ia mengaku sudah bergabung dengan
Dimas Kanjeng sejak tahun 2011 atau setelah satu tahun korban pembunuhan
Ismail Hidayah bergabung menjadi pengikut padepokan yang ada di Desa
Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, itu.
Junaedi
menceritakan, selama menjadi pengikut Taat Pribadi yang kini telah
menjadi tersangka otak pembunuhan dan penggelapan dengan modus
penggandaan uang kepada pengikutnya itu, kerap juga mengikuti pengajian
di Padepokan Dimas Kanjeng sehingga mengetahui warga Situbondo saja yang
juga menjadi pengikut Dimas Kanjeng.
"Saya akui teperdaya dengan tipu-tipu yang dilakukan Taat Pribadi dan
menjanjikan uang yang saya setor sebanyak Rp 205 juta sebagai mahar bisa
digandakan, tetapi ternyata itu bohong," katanya.
Ia sudah
mulai curiga tertipu sejak 2014. Oleh karena itu, pria yang juga menjadi
Ketua LSM Gempur Situbondo itu berusaha mengundurkan diri menjadi
pengikut Padepokan Dimas Kanjeng.
Uang mahar yang diberikan oleh
ribuan orang pengikut Dimas Kanjeng di Situbondo, lanjut dia, jumlahnya
bervariasi, mulai dari Rp 1 juta hingga ratusan juta rupiah.
"Kalau korban penipuan Dimas Kanjeng yang melapor ke Polres Probolinggo
hanya ada empat orang, yang lainnya tidak melapor itu ada dua
kemungkinan, bisa karena malu dan juga karena takut," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar