Minggu, 16 Juni 2013

HIWAR Al AFKAR


MEMBANGUN MASYARAKAT ISLAM
Oleh : Nur Muhammad al fakir

Membangun masyarakat yang Islami pada hakekatnya harus dimulai dari proses pendidikan yang panjang dari keluarga menuju pendidikan masyarakat sepanjang hayat. Khususnya yang berkenaan dengan praktek kehidupan sehari-hari yang dipengaruhi oleh sumber belajar yang ada di masyarakat, utamanya tetangga, teman pergaulan, lingkungan serta yang terpenting tatanan sistem yang berjalan. Masyarakat adalah elemen terpenting untuk menyangga tegaknya sistem selain ketaqwaan yang tertanam dan terbina pada setiap individu serta keberadaan kepala Negara sebagai pelaksana syari’at Islam. Masyarakat dalam Islam memiliki karakteristik sendiri dalam membentuk perasaan taqwa dalam diri setiap individunya. Adanya masyarakat Islam terbentuk dari individu-individu yang dipengaruhi oleh perasaan, pemikiran, dan pelaturan yang mengikat mereka. Masyarakat Islam seharusnya memiliki kepekaan, amar ma’ruf nahi mungkar menjadi bagian paling esencial yang sekaligus membedakan masyarakat Islam dengan jenis masyarakat yang lain. Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Qs Al Maidah (5) ayat 8
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.  Qs Ali Imran (5) Ayat 104
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Qs Ali Imran (5) Ayat 110
Jadi ketaqwaan anggota masyarakat akan dipengaruhi interaksinya dengan masyarakat. Dalam masyarakat Islam, seseorang yang akan berbuat maksiat tidak berani melakukannya secara terang-terangan, atau bahkan tidak berani melakukannya. Jikalau  ada yang tergoda untuk melakukan maksiat itu, pasti akan melakukanya dengan sembunyi-sembunyi. Tapi, kondisi yang Islami akan membuatnya cepat menyadari kesalahanya dan mendorongnya segera tobat. Seperti sejarah, kisah mu’iz Al Aslami dan Al ghomidiyah Raliyallahu ‘anhuma, setelah menyadari kekhilafanya, langsung menghadap Nabi SAW, untuk minta dihukum sesaat setelah berzina, mengambarkan betapa tinggi ketaqwaan para sahabat, mencerminkan keberhasilan pembinaan individu dalam masyarakat Islam.
Kesimpulanya masyarakat Islam berfungsi untuk mendidik seluruh anggota masyarakat  melalui interaksi keseharian yang selalu bernuangsa amar ma’ruf nahi mungkar. Jadi setiap masyarakat akan selalu mendapatkan msukan yang positif dari hasil interaksi itu. disamping menciptakan manusia dengan kesempurnaannya, juga menciptakan kelemahannya  الانسان ضعيفا. Dengan kelemahan kelemahan yang dimiliki manusia itu, tentu sangat berpotensi melakukan kesalahan kesalahan. Orang yang baik kata Rasul, bukan orang yang tidak pernah berbuat kesalahan, tapi orang yang baik itu adalah orang yang menyadari kesalahannya, lalu menyesali, lantas memohon ampun dan bertaubat kepada Allah seraya berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Karena kecenderungan manusia itu ingin selalu berbuat yang enak-enak, yang bebas-bebas jika tidak ada aturan. Karena Manusia adalah tempatnya salah dan lupa (الانسان محل الخطاء) Maka pantas predikat itu selalu melekat pada diri manusia. Disamping itu memang manusia diberikan pilihan, untuk hidup dijalan taqwa atau fujur. Allah berfirman dalam QS Al Balad (90) ayat 10,
 وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ , yang artinya Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Juga manusia diberi hajatul ‘’udhowiyah (kebutuhan Hidup) dan ghorizah (naruri). Yang menuntut selalu harus dipenuhi, jika tidak bisa mengakibatkan kematian dan gelisah yang berkepanjangan. Beruntunglah  bagi individu masyarakat yang selalu menjaga kesucian dirinya dengan senantiasa memperbaharui keimanannya dengan beristighfar dan bertaubat dari dosa dan kesalahannya.

والله اعلم بالصواب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar